Cangkruk dan memperbincangkan masa lalu, bersama arek-arek EXPA --Pencinta Alam SMAN 1 Kalisat. Diskusi yang digelar pada 8 Februari 2014 ini berlokasi di Kalijejer, desa Ajung kecamatan Kalisat, kabupaten Jember. Dokumentasi oleh Ivan Production.
Jumat, 14 Februari 2014
Sabtu, 08 Februari 2014
Diskusi Sejarah Lokal di Dawuhan Kembar
Sabtu, 08 Februari 2014
Kemarin, di jejaring sosial Facebook, teman-teman dari Tamasya Band membuat status seperti ini, "Ingat saat kita Diskusi Save Gumuk di Dawuhan Kalisat? Nah, di sanalah nanti kita berjumpa, di sebuah tempat bernama Kalijejer. Sabtu sore, kopi, dan bincang sejarah lokal." Rupanya banyak teman-teman yang membaca pesan tersebut. Hari ini, sebagian dari mereka merapat di Dawuhan Kembar, batas desa antara Ajung dan Plalangan, Kalisat.
Ketika berangkat menuju lokasi, teman-teman banyak yang terjebak hujan. Tadi sore hujan deras sekali. Pasar Kalisat juga terendam air setinggi sepuluh Cm. Kami sendiri terjebak hujan di desa Biting kecamatan Arjasa. Syukurlah tak lama kemudian hujan mereda.
Sesampainya di Dawuhan Kembar, tampak di sana-sini banyak teman yang mengenakan kaos hijau muda lengan panjang. Mereka dari SMA Negeri 1 Kalisat yang tercatat sebagai sispala EXPA.
Tadinya diskusi hendak dilaksanakan di luar ruangan, bergaya pesta kebun. Tapi hujan deras di sore hari mengharuskan kami melakoni rencana B, diskusi di dalam ruangan. Tentu masih bersama kopi dan obrolan-obrolan seputar sejarah Jember; tentang siapa itu Letkol Moch. Sroedji, dan tentang hari ini enam puluh lima tahun yang lalu. Benar, tentang pertempuran Karang Kedawung, 8 Februari 1949.
Ada pertanyaan menarik saat diskusi berlangsung. Pertanyaan itu datang dari Ari Zona Rambi, siswa SMAN 1 Kalisat kelas sepuluh. Ia bertanya, "Sroedji asli mana? Kenapa harus ditokohkan di sini?"
Pertanyaan yang cerdas dari seorang lelaki berwajah malu-malu yang mengenakan kaos hijau muda lengan panjang. Saya kira, Ari Zona Rambi kelak akan menjadi seorang lelaki yang berkarakter. Semoga benar begitu, Amin.
Saya katakan kepadanya dan kepada seluruh peserta diskusi yang lain, bahwa kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan di mana, tetapi kita diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memilih berjuang di mana saja.
Diskusi telah usai, hujan juga telah mereda. Di luar sana disediakan terpal yang menutupi rerumputan, tepat di bawah sinar lampu neon. Kawan-kawan bergeser, berkumpul di tepat di bawah sinar lampu. Tingkah mereka mirip sekali seperti laron-laron yang mengejar cahaya.
Usai sudah acara Diskusi Sejarah Lokal, tadi sore bertempat di Dawuhan Kembar-Kalisat --Dawuhan Kembar biasa disebut Kalijejer oleh teman-teman Kalisat. Terima kasih untuk Mas Ivan Bajil, Ko Heru, Arifin Nyek, Odong, dan semua sedulur EXPA SMAN 1 Kalisat yang menggagas dan membantu mewujudkan acara ini. Juga buat seluruh kawan-kawan yang hadir, terima kasih.
Untuk rombongan dari SWAPENKA, terima kasih. Buat Cak Ahmad Dainuri, Mas Riyadi Ariyanto beserta istri, sakalangkong. Redi yang punya Cafe Kalijejer bergaya pesta kebun, terima kasih.
Odol dan Bang Korep, yang tadi tak lelah menikmati perjalanan Kampus Bumi Tegalboto-Kalisat meskipun beberapa kali motornya mogok oleh sebab rantainya lepas, terima kasih. Untuk Ary Yanuar Hidayat dan Poetri Maharani, dua kawan Jember yang kuliah di Malang, terima kasih telah datang, meskipun saat berangkat sempat terjebak hujan yang deras.
Terima kasih dan salam lestari!
Ketika berangkat menuju lokasi, teman-teman banyak yang terjebak hujan. Tadi sore hujan deras sekali. Pasar Kalisat juga terendam air setinggi sepuluh Cm. Kami sendiri terjebak hujan di desa Biting kecamatan Arjasa. Syukurlah tak lama kemudian hujan mereda.
Sesampainya di Dawuhan Kembar, tampak di sana-sini banyak teman yang mengenakan kaos hijau muda lengan panjang. Mereka dari SMA Negeri 1 Kalisat yang tercatat sebagai sispala EXPA.
Diskusi sejarah di Dawuhan Kembar-Kalisat, 8 Februari 2014
Tadinya diskusi hendak dilaksanakan di luar ruangan, bergaya pesta kebun. Tapi hujan deras di sore hari mengharuskan kami melakoni rencana B, diskusi di dalam ruangan. Tentu masih bersama kopi dan obrolan-obrolan seputar sejarah Jember; tentang siapa itu Letkol Moch. Sroedji, dan tentang hari ini enam puluh lima tahun yang lalu. Benar, tentang pertempuran Karang Kedawung, 8 Februari 1949.
Ada pertanyaan menarik saat diskusi berlangsung. Pertanyaan itu datang dari Ari Zona Rambi, siswa SMAN 1 Kalisat kelas sepuluh. Ia bertanya, "Sroedji asli mana? Kenapa harus ditokohkan di sini?"
Pertanyaan yang cerdas dari seorang lelaki berwajah malu-malu yang mengenakan kaos hijau muda lengan panjang. Saya kira, Ari Zona Rambi kelak akan menjadi seorang lelaki yang berkarakter. Semoga benar begitu, Amin.
Saya katakan kepadanya dan kepada seluruh peserta diskusi yang lain, bahwa kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan di mana, tetapi kita diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memilih berjuang di mana saja.
Berbincang santai seusai diskusi
Diskusi telah usai, hujan juga telah mereda. Di luar sana disediakan terpal yang menutupi rerumputan, tepat di bawah sinar lampu neon. Kawan-kawan bergeser, berkumpul di tepat di bawah sinar lampu. Tingkah mereka mirip sekali seperti laron-laron yang mengejar cahaya.
Dari kiri ke kanan: Poetri, Fainani, Hana, Melly
Usai sudah acara Diskusi Sejarah Lokal, tadi sore bertempat di Dawuhan Kembar-Kalisat --Dawuhan Kembar biasa disebut Kalijejer oleh teman-teman Kalisat. Terima kasih untuk Mas Ivan Bajil, Ko Heru, Arifin Nyek, Odong, dan semua sedulur EXPA SMAN 1 Kalisat yang menggagas dan membantu mewujudkan acara ini. Juga buat seluruh kawan-kawan yang hadir, terima kasih.
Untuk rombongan dari SWAPENKA, terima kasih. Buat Cak Ahmad Dainuri, Mas Riyadi Ariyanto beserta istri, sakalangkong. Redi yang punya Cafe Kalijejer bergaya pesta kebun, terima kasih.
Odol dan Bang Korep, yang tadi tak lelah menikmati perjalanan Kampus Bumi Tegalboto-Kalisat meskipun beberapa kali motornya mogok oleh sebab rantainya lepas, terima kasih. Untuk Ary Yanuar Hidayat dan Poetri Maharani, dua kawan Jember yang kuliah di Malang, terima kasih telah datang, meskipun saat berangkat sempat terjebak hujan yang deras.
Terima kasih dan salam lestari!