Selasa, 27 Mei 2014

Stasiun Ajung Kini Rata Dengan Tanah

Selasa, 27 Mei 2014
Oleh RZ Hakim

Prit tampak heran ketika tadi sore saya ajak jalan-jalan ke Jember Utara. "Sudah fit tah Mas?" Saya tersenyum. Tak lama kemudian, kami sudah meluncur menikmati perjalanan.

Tiba di Desa Ajung Kecamatan Kalisat, Ivan dan Oldis berinisiatif mengajak kami menikmati sore di Stasiun Ajung. Tentu saya senang. Tiba-tiba saya teringat akan gagasan Kementerian Perhubungan Dirjen Perkeretaapian baru-baru ini, mereka hendak membuka kembali jalur KA Kalisat - Panarukan.

Saya masih ingat cerita orang tentang betapa eloknya jalur tersebut, dari Stasiun Kalisat - Stasiun Ajung - Stasiun Sukosari - Sukowono - Tamanan - Grujukan - Bondowoso - Tenggarang - Wonosari - Tangsil - Widuri - Bagur - Situbondo - Tribungan - hingga stasiun terakhir, Panarukan. Saya pernah menulisnya di sini.

Tiba di stasiun yang dimaksud --Stasiun Ajung-- saya tidak mendapati apa-apa selain gundukan tanah di tengah ladang jagung. Kata kawan-kawan Kalisat, di sanalah dulu Stasiun Ajung berdiri, di atas gundukan yang saya pijak.

Cepat sekali, batin saya. Padahal ia baru tidak aktif beroperasi sejak 2004, saat prasarana dirasa sudah lanjut usia. Dari Oldis saya mendapatkan penggalan cerita.

"Dulunya ada dua bangunan kecil, satu untuk ruang tunggu dan ruang turun penumpang, satunya lagi semacam gudang."

Arifin Nyek KOnyeg menambahkan. Katanya, dua bangunan tua itu runtuh sekitar tahun 2007, ketika dia masih SMP.

Kecuali jembatan kecil, di sini tak saya jumpai sedikit pun sisa rel. Rel di atas jembatan juga raib, hanya tersisa kerangka besi dengan mur-baut yang juga hilang di sana sini.


Dokumentasi oleh Ivan Bajil

Tak jauh dari stasiun, ada terlihat gudang besar milik Perkebunan Nusantara X PT Persero Kalisat. Jaraknya mungkin hanya kurang dari 50 meter, berupa bangunan kuno sisa nasionalisasi era kemerdekaan. Tentu, keberadaan Stasiun Ajung dulunya sengaja dihadirkan untuk mempermudah pengiriman sumber daya alam dari Pelabuhan Panarukan menuju Eropa.

Hari sudah sangat senja ketika kami meninggalkan stasiun yang kini tinggal cerita tersebut. Kami tak langsung pulang, melainkan masih singgah di kediaman Kepala Desa Ajung, Kalisat. Di sana kami pinjam sarung, ngopi, makan mie ayam dan memulung kisah-kisah sejarah. Nantilah, akan saya sempurnakan kisahnya di blog personal.

Stasiun Ajung di wilayah Jember Utara, ia kini rata dengan tanah, bahkan google tak mengenalnya. Mesin pencari hanya mengenal stasiun sebelahnya --Sukosari-- yang dibangun pada tahun 1900.

Saya berpikir, jika jalur KA Kalisat - Panarukan kembali dibuka, pastinya akan indah, dengan beberapa PR yang menyertainya.

Catatan lainnya: Stasiun Ajung, Bahkan Google Tak Mengenalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudut Kalisat © 2014