Dokumentasi oleh Zuhana AZ, 16 April 2016
"Shaggy wae yo?" kata Dayat sembari menutupi badan saya dengan kain warna merah hati. Saya tertawa saja mendengarnya. Gaya rambut itu mengingatkan saya pada kisah tentang Jane Fonda di era 1970an, ketika ia berhasil mempopulerkan shaggy.
Selama memangkas rambut saya, Dayat banyak berkisah tentang perjalanan hidupnya. Maklum, kami telah saling kenal sejak setidaknya lima bulan lalu.
Hidayat Kanurahman namanya. Ia terlahir di Kalisat pada 25 Juni 1972, dari pasangan Saha dan Asia. Bapaknya kelahiran desa Sumbersalak kecamatan Ledokombo, sedangkan Ibunya berasal dari Glenmore, Banyuwangi.
"Aku iki bungsu dari delapan bersaudara. Kakak nomor satu namanya Junaidi. Jarak usia kami terpaut jauh sekali. Kami bahkan hanya berjumpa satu kali saja, sekitaran tahun 1983/1984, ketika saya masih kelas empat SD. Kak Jun lama merantau di Jakarta. Kata orang, dia memilih jalan gelap. Setelah perjumpaan itu, tak ada perjumpaan lain. Kata Bapak, Kak Jun kemungkinan sudah mati ditembak Petrus --Penembak Misterius, sebab saat pulang ke kalisat ia telah jadi buron. Itu di zaman Orba, saat preman-preman dibikin tak bernyawa oleh Petrus, 1983-1986."
Tepat di atas Dayat, kakak nomor tujuh, namanya Ahmad Suryanto atau lebih akrab dipanggil Sur. Ia seorang musisi. Ketika di Bali, Sur berjumpa dengan gadis Australia, Salli Shinn. Lalu mereka menikah. Pasangan ini kemudian dikaruniai seorang putra bernama Jaya. Nama lengkapnya Jaya Joseph William Shinn. Semenjak Sur meninggal dunia karena human immunodeficiency virus, kini Jaya dan Ibunya tinggal di Australia. Antara Dayat dan keponakannya --Jaya, tak pernah lagi ada komunikasi.
Sebenarnya Dayat juga seorang pengelana. Namun teman-teman Dayat lebih mengingatnya sebagai seorang tukang pangkas rambut. Mungkin karena ia memulai kegiatan pangkas rambut sejak 1988, ketika masih 16 tahun.
"Dadi tahun 88 aku wis iso nyukur rambut. Tapi gak profesional. Baru tahun 1995 aku mbukak stan pangkas rambut nang area pasar Kalisat. Iku pas bojoku meteng anak pertama. Umurku sik 23 tahun."
Sebelum memutuskan untuk buka lapak pangkas rambut, Dayat masih berkelana. Tahun 1991 ia hijrah ke Bali, jualan celana jeans. Lalu di tahun 1993 Dayat ke Jakarta, kerja di bidang furniture. Tak hanya itu, ketika anaknya mulai tumbuh besar, antara tahun 2003 hingga 2005 ia ke saudi Arabia untuk bekerja sebagai ahli pangkas rambut. Aneka karakter orang yang telah ia pangkas rambutnya. Mulai dari buruh migran yang ada di Saudi hingga Duta Besar.
Kini Dayat beserta istri hidup bahagia di Kipas, Kidul Pasar Kalisat. Mereka dikaruniai tiga buah hati. Sedangkan kios pangkas rambutnya ada di depan Balai Desa Kalisat kecamatan Kalisat, Jember.
Hari-hari Dayat selain menjalani peran sebagai pemangkas rambut, ia adalah juga seorang musisi. Sama seperti kakaknya. Alat musik yang paling ia kuasai adalah bass. Sedangkan aliran musik yang meresap di hatinya adalah dangdut, tak peduli orang bilang dangdut adalah musik pinggiran.
Selain menjadi bassis 'panggilan' di grup orkes dangdut, kini Dayat juga aktif di IKL --Ikatan Keluarga Lorskal, menyanyikan lagu-lagu berirama populer, bossas, blues, jazz, hingga soft reggae.
Terima kasih Mas Dayat. Kini rambut saya telah pendek dan bergaya shaggy. Model rambut yang nyaman untuk menghadapi musim kemarau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar