Senin, 04 Juli 2016

Malam Takbir di Kalisat

Senin, 04 Juli 2016
Oleh Inor PS

Hari pertama adalah yang paling berat. Setelah itu sukses terlewati. Maka dari hari ke hari semuanya jadi semakin mudah.

Tadi adalah hari terakhir. Genap tidak ada bolong, sesuai rencana di awal. Tinggal satu 'ritual' untuk menyempurnakannya. Takbiran. Berangkat dari rumah dengan percaya diri, karena kadar 'ketaqwaan' sudah full dan kental, hasil dari gemblengan sebulan puasa.

Sampai di jalan besar, macet. Jalanan dipenuhi orang, motor berseliweran, dan mobil-mobil pengangkut sound. Sound-nya mengumandangkan musik-musik disko dan house berdentum-dentum. Musik yang enak didengar membuat tubuh jadi ikut bergoyang-goyang mengikuti bit-nya.

Semakin malam semakin ramai, semakin berdentum, semakin hingar bingar. Belum lagi ditimpali suara petasan. Tubuh yang tadinya cuma bergoyang, kini jadi ikut berjingkrak-jingkrak seperti para sound boys yang berjoget kalap. Dalam setengah jam saja, badan sudah terasa ringan. Bukan karena apa, melainkan semua sudah pada rontok. Berjatuhan, berserakan di aspal.

Apa itu?

Ketaqwaan yang tadi. Yang mula-mula full dan kental, menjadi encer sudah. Yang semula dibawa untuk disempurnakan dengan takbiran, habislah. Buyar semburat oleh karena musik house yang menghentak sepanjang jalan, sepanjang malam.

Yang takbiran mana?

Ada. satu dua mobil dengan sound kecil. Juga di pinggir jalan dengan swadaya alat seadanya, serta yang hanya terdengar sayup suaranya di kejauhan sana. Tertimbun oleh gelegar joget house sound system.

Ketaqwaan yang susah payah di pupuk selama sebulan itu tadi bagaimana? Haaesshh.. Tandas sudah. Tinggal tersisa secuil untuk modal salat ied besok pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudut Kalisat © 2014