Kamis, 08 Desember 2016

Mengingat Kembali Pameran Foto Kalisat Tempo Dulu

Kamis, 08 Desember 2016

Di sore pertama yang mendung, 16 Januari 2016, Kedai Doeloe Kalisat masih tampak sepi. Lengang. Mat dan Bajil kecil, dua tulang punggung kedai waktu itu, mereka tampak santai di balik meja bar yang tertutup oleh kulit kayu kering. Foto-foto telah tertata rapi, barang-barang jadul pun telah terhias manis, hasil karya Fanggi, Lukman, dan beberapa rekan Kalisat yang membantu mereka. Mengenai pencahayaan, telah diurus oleh Apex dan Ucok kecil.

Pengunjung pertama datang. Mbak Nina beserta rombongan. Berikutnya, teman-teman muda mulai berdatangan.


Tampak dalam foto, Mbak Nina yang ada di tengah

Di sore yang mendung itu pula, kami menghadirkan Bapak Effendi, penulis dan pencipta lagu yang menghabiskan masa tuanya di Kalisat. Ia sendiri lahir di Sumenep dan baru pindah ke Kalisat pada 1942, ketika masih berusia enam tahun. Bersama Bapak Effendi, kami bikin diskusi renyah seputar wajah Kalisat di masa lalu.

Di sela diskusi, ada Ibu-ibu sepuh datang sambil membawa selembar foto. Ia bilang, "Nak, ini foto mendiang suami saya, tolong diikutkan di pameran." Kami menerimanya dengan riang, lalu mencatatnya agar mudah proses pengembaliannya nanti.

Sebelumnya, Bu Warto datang. Di luar pagar ia melambaikan tangan dan memanggil salah satu dari kami. Bu warto membawa sesuatu.

"Saya ada pesawat telepon lama yang sudah tak terpakai. Ini sisa dulu, ketika suami saya masih menjabat Kepala Stasiun Kalisat. Silakan diambil, diikutkan di acara, dan nanti dirawat baik-baik."

Selepas maghrib, lampu-lampu mulai dinyalakan. Ruang mini untuk 'live music' juga telah ditata kembali. Juga, telah disediakan stan khusus untuk 'sablon on the spot.' Siapa saja boleh menyablon dengan desain bertuliskan 'Kalisat Tempo Dulu' hanya dengan syarat membawa kaos sendiri dan membayar seharga lima ribu rupiah.


Sablon on the Spot

Semakin malam, motor semakin banyak berjajar. Ucok besar melaksanakan tugasnya dengan baik, mengatur dan mengamankan bidang parkir. Urus parkir, sesuatu yang tak semudah dalam bayangan kita. Terlebih bila itu gratis.

Masih terekam dalam bayangan, di perbincangan-perbincangan sebelumnya, ketika acara hendak dilaksanakan. Kami tak menggunakan struktur kepanitiaan yang kaku, dimana di sana ada ketua panitia, wakil, sekretaris, bendahara, dan sebagainya. kami hanya menawarkan, "Teman-teman, silakan angkat bicara, siapa yang ingin menugaskan dirinya sendiri untuk ini dan itu?" Begitu kira-kira kurang lebihnya. Lalu, Erik Mergenk angkat tangan dan berkata, "Saya bersedia urus konsumsi." kemudian Ucok besar menawarkan dirinya untuk urus parkir. Begitu seterusnya. Teman-teman lain segera merapatkan diri, "Saya membantu si anu, saya bantu si ini.."

Mengenai uang.

Mula-mula kita iuran masing-masing lima ribu rupiah saja, demi mewujudkan acara bersama-sama. Namun rupanya kita ada donasi dari beberapa kawan, yang total keseluruhannya adalah 900.000 rupiah. Lalu kita tak jadi iuran, karena uang segitu sudah dirasa cukup. Bagi yang sudah terlanjur iuran, uang akan dikembalikan.

Benar saja, seluruh pengeluaran kita saat itu sebesar 798.500 rupiah, masih tersisa 101.500 rupiah. Sisa uang itu masih ada hingga catatan ini dituliskan.

Mengingat kembali.

Acara itu kita gelar selama dua hari saja, masing-masing dimulai sedari pukul empat sore hingga pukul sepuluh malam. Lewat jam sepuluh malam, teman-teman masih boleh nongkrong dan menghabiskan sisa kopi di Kedai Doeloe kalisat, namun tak ada musik. Sementara itu, teman-teman yang lain akan urus kebersihan kedai.

Teman-teman datang dan pergi. Bila tak sempat datang di hari pertama, mereka akan datang keesokan harinya. Bila jauh dan tak bisa hadir, mereka akan mengintipnya melalui blog dan jejaring sosial, dan atau minta dikirimi foto-foto melalui wasap.

Selama jalannya acara, ide-ide berdatangan, terlebih dari rekan-rekan yang berusia di atas 30 tahun. "Mengapa tak mengundang Pak Camat atau pihak Pemkab Jember? Kenapa tak cari sponsor besar? Di Kalisat kan banyak pihak yang bisa diserahi proposal?" Dan sederet gagasan lainnya. Kami tentu menghargai gagasan-gagasan mereka, penuh gairah dan cerdas. Ia diucapkan dengan tulus sekali.

Kami mengerti, Kalisat suka bikin even. Di setiap kali acara, seringkali besar, tak tanggung-tanggung. Ya, jarak Kalisat dengan pusat kota adalah 17 kilometer, tak terlalu jauh sebenarnya. Tapi Kalisat tak dilalui jalan antar kota --selain keretaapi tentunya--, menjadi wajar bila masyarakatnya suka memproduksi hiburan sendiri. Namun 'Kalisat Tempo Dulu' hanyalah acara kecil, dan kami hanya ingin minta diberi kesempatan untuk belajar mandiri, swadaya, dan belajar bergotongroyong. Sederhana. Dua atau tiga tahun lagi, atau lebih cepat dari itu, barangkali bila teman-teman akan mengagendakan acara itu dengan konsep yang besar, mungkin akan telah siap.

Adapun alasan mengapa acara tersebut dilaksanakan di sebuah kedai, hanyalah agar mempermudah kami. Jadi, sepintas ia terlihat seperti agenda kedai. Asal kami tertib jadwal, tak melebihi pukul sepuluh malam, kiranya semua baik-baik saja.

Banyak cerita manis tertinggal, ketika mengingat acara yang kita gelar kemarin, 16 dan 17 Januari 2016 di Kedai Doeloe Kalisat. Betapa warga sangat bermurah hati menyumbangkan konsumsi untuk kami, sedikit uang, pinjaman foto-foto dan pigura, dan sebagainya. Terima kasih, Kalisat selalu indah.

Tak terasa, sebentar lagi Kalisat Tempo Dulu II akan kembali digelar, di lokasi yang sama, dengan durasi jadwal yang sama. Ia direncanakan akan kami laksanakan pada 7 dan 8 Januari 2017. Mohon doanya, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudut Kalisat © 2014