Seperti yang dituturkan oleh Gunawan Cahya di bawah ini.
"Ada seorang pembela tanah air, namanya Pak Rawi. Kini ia telah meninggal dunia. Almarhum melepaskan bantalan rel kereta bersama rakyat, kemudian menunggu di sungai bersama orang-orang desa. Mereka berada tepat di bawah rel, dimana pasukan Belanda yang ingin menuju daerah kalisat menggunakan transportasi kereta api. Pak Rawi dan orang desa mempersenjatai diri mereka dengan menggunakan pelepah pinang dan bom nanas yang dicuri dari tentara Belanda. Pelepah pinang itu digunakan untuk mengecoh tntara Belanda. Cara kerja pelepah pinang; dipukulkan ke batu piring --batu hasil Gumuk-- sehingga menyerupai suara tembakan dari senapan.."
Selengkapnya bisa dibaca di artikel berjudul; Sabotase Rel Kereta Api di Jembatan Sukoreno.
Gumuk Baung Sukoreno. Dokumentasi oleh Pije, 1 Juli 2014
Di Sukoreno ada sebuah gumuk, oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai Gumuk Baung. Ia adalah saksi bisu perjuangan Pak Rawi dan pejuang-pejuang Sukoreno yang lain, di masa revolusi mempertahankan kemerdekaan, 1947-1949.
Pada 1 Juli 2014 lalu, sore hari, saya dan teman-teman Kari Kecingkul melintas melintas di Desa Sukoreno Kecamatan Kalisat, lalu menyempatkan diri untuk singgah di kaki gumuk. Di sini ada sebuah monumen perjuangan. Kari Kecingkul pernah mencatatnya, di artikel berjudul; Monumen di Kaki Gumuk Baung.
Menurut Gunawan Cahya, di sinilah tempat dimana regu Gagak Hitam membela tanah Sukoreno melawan penjajahan Belanda.
Tentu ini adalah PR kita bersama, mencari tahu bagaimana kisah sebenarnya tentang perjuangan rakyat Sukoreno di masa yang lalu. Dari sana, semoga ada yang bisa kita jadikan pelajaran dan bahan renungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar