Oleh: RZ Hakim
Markas KNIL di Kalisat
Foto di atas dijepret pada 14 Juni 2014. Tampak dalam foto, Lukman, salah satu pegiat seni dan sejarah di komunitas kari Kecingkul, ia sedang berdiri di depan pelataran sebuah rumah ber-arsitektur Eropa. Rumah ini berjarak sekitar 300 meter dari Stasiun Kalisat. Dulu, areal ini digunakan sebagai Markas Koninklijik Nederlands Indische Leger.
Seminggu sebelum berkunjung ke rumah ini, ketika berbincang dengan Ibu Sulasmini, saya mendapat gambaran lebih dekat mengenai wajah Kalisat saat masih ada Markas KNIL.
"Dulu di dekat sini ada markas KNIL. Tidak semuanya tidur di markas tersebut. Banyak dari mereka yang sengaja disuruh bergabung di rumah-rumah rakyat. Satu rumah dua KNIL.
Lalu Ibu Sulasmini bercerita tentang dua KNIL yang menumpang di rumah orang tuanya. Mereka adalah Tuan Tapik dan Tuan Welong. Selain dua orang itu, ada dua KNIL yang meskipun tidak turut tinggal, namun suka berkunjung. Mereka adalah Tuan Sataria dan Tuan Tendes.
"Tuan Tapik berasal dari Deli, sedangkan Tuan Welong dari Atambua. Mereka beristrikan orang Jember. Istri Tuan Tapik namanya Aminah, dari Jenggawah. Sedangkan istri Tuan Welong namanya Siti Munawaroh, dari Ambulu. Istri-istri KNIL kebanyakan memang dari daerah selatan, Nak."
Kisah yang keren, tak mungkin saya dapatkan di buku sejarah. Terima kasih Ibu Sulasmini.
Suasana di sudut rumah
Kata Ibu sepuh yang kini menjadi penghuni rumah tersebut, dulu rumah yang tampak dalam foto di atas adalah dapur. Sedangkan rumah aslinya ada di bagian depan. Itu rumah Komandan KNIL wilayah Kalisat.