Oleh RZ Hakim
Kalisat memang kaya akan bujuk atau makam-makam lama. Bujuk diartikan pula dengan Mbah atau Moyang. Biasanya makam mereka disemayamkan di tempat-tempat yang tinggi seperti di Gumuk. Sayang sekali, tidak ada dokumentasi tertulis tentang itu. Jika merunut dari sejarah lisan yang ada, Kalisat wilayah kota terdiri dari tiga pembabat desa. Mereka adalah Mbah Patar di desa Ajung --sebagian orang menyebutnya dengan ejaan Fatar, Mbah Genduk di desa Kalisat, dan Bujuk Nurdin di desa Glagahwero.
Pada 30 Maret 2015 lalu, rekan-rekan Kari Kecingkul --dengan diantar oleh Mas Musthofa-- sowan menemui Pakde Sugeng Sugiarto. Ia tinggal di desa Ajung, di seberang Toko Adin.
Mencatat cerita dari Pakde Sugeng Sugiarto, yang berbaju putih bergaris. Yang berbaju hitam adalah Mas Mus. Foto oleh Hana, 30 Maret 2015
Di pembuka obrolan, Pakde Sugeng menerangkan jika makam Bujuk Patar ada di Selatan Pasar Kalisat. Dulu sebelum menjadi sebuah pasar unggas, di sana adalah Kantor Kawedanan. Di sanalah dulu rumah Mbah Patar. Jadi jika ingin mengerti masa hidup Mbah Patar, kita harus mencari data, kapan pertama kali Kawedanan Kalisat didirikan.
Lalu Pakde Sugeng menegaskan jika usia Mbah Patar lebih tua dari Mbah Genduk yang makamnya ada di sebuah Gumuk di desa Kalisat.
"Jadi Mbah Genduk itu megang wilayah Kalisat ke Utara dan Barat, sedangkan Mbah Patar ke Selatan dan Timur. Sesepuh desa Ajung ini ya Mbah Patar itu. Tetapi dia bukan Kades Ajung yang pertama. Ceritanya begini. Kades Ajung yang pertama itu namanya Kaera. Kades berikutnya namanya Dulani. Istri Dulani adalah putri dari Mbah Patar."
Sampai di sini tabir pohon silsilah sudah mulai terang.
"Siapakah Dulani? Begini. Mbah Genduk berbesan dengan Bujuk Nurdin --Glagahwero. Lalu putra-putri mereka punya anak namanya Saryo. Nah, Saryo adalah Bapaknya Dulani. Secara silsilah keluarga, Saryo berbesan dengan Mbah Patar. Dulani selaku Kades kedua di Ajung, yang menikah dengan putri dari Mbah Patar, memiliki tiga orang putra. Si Sulung bernama Sukiman. Ketika menjadi Kades menggantikan Bapaknya, Sukiman berganti nama menjadi Karjodimoeljo. Adik Karjodimoeljo bernama Karyowijoyo, sedangkan anak Dulani yang bungsu, saya lupa namanya."
Menurut Pakde Sugeng, Karjodimoeljo memiliki anak bernama Madiroso, menikah dengan perempuan asal Mojoagung.
Sudah ada tiga nama Kepala Desa Ajung. Kades pertama Kaera, kedua Dulani, Kades nomor tiga adalah Karjodimoeljo. Siapakah Kepala Desa Ajung yang keempat?
"Petinggi desa Ajung yang keempat namanya Kandar. Setelah Petinggi Kandar, sudah ada Dwi Fungsi ABRI di zaman Orde Baru. Jadi, tidak ada Pilkades, yang ada adalah PD. Pemilihan dilakukan oleh Pemerintah dan kepala desanya dari tentara."
Setelah Kandar, Kades berikutnya adalah Sueb, lalu Salam. Keduanya --Sueb dan Salam-- menurut istilah Pakde Sugeng adalah Kades PD. Mungkin PD adalah singkatan dari Perwakilan Daerah, mengikuti UU No. 5 tahun 1979 tentang konsepsi desa.
"Setelah PD Sueb dan Salam, dilakukan Pilkades lagi, menghasilkan Kades Ajung yang ketujuh yaitu Ustadi. Lalu PD lagi, Imam Sahri, tentara juga. Lalu pilihan lagi, menghasilkan Kades Suratman. Setelah Suratman, Kades berikutnya bernama Imam Purwanto, biasa dipanggil Pur. Kades Ajung yang sekarang ini tidak lain adalah istri Imam Purwanto, yaitu Yusri Irawati. Jadi, Yusri Irawati adalah Kades Ajung yang kesebelas."
Urutan Kepala Desa Ajung Kecamatan Kalisat:
1. Kaera
2. Dulani
3. Karjodimoeljo
4. Kandar
5. Sueb
6. Salam
7. Ustadi
8. Imam Sahri
9. Suratman
10. Imam Purwanto
11. Yusri Irawati
Pakde Sugeng Sugiarto juga sempat menyinggung nama-nama Kades di desa Kalisat kecamatan Kalisat. Menurutnya, Kepala Desa Kalisat yang pertama bukan Srika --di beberapa sumber ditulis dengan ejaan SARIKA, dipercaya sebagai Kades pertama di desa Kalisat kecamatan Kalisat.
"Bukan, Srika itu Kades ketiga. Ia memulai kepemimpinan sejak permulaan masa pendudukan Jepang. Kades yang pertama ya Mbah Genduk itu. Setelah Mbah Genduk ada Pak Truno, baru kemudian Pak Srika. Kemudian tongkat kepemimpinan Pak Srika dilanjut oleh Kades bernama Sami'an. Dia tak lain adalah menantu dari Pak Srika. Sami'an asli Madura, menjadi Kades di desa Kalisat selama 24 tahun. Setelah Sami'an, Kades berikutnya adalah Pak Marsoel, adik iparnya Pak Sami'an. Berikutnya dijabat oleh PD bernama Sabaruddin. Pekerjaan Sabaruddin sebelumnya adalah seorang Carik. Setelah PD, ada Pilkades lagi. Pak Marsoel kembali menjabat sebagai Kades. Lalu ada Mustofa. Setelah Kades Mustofa, Kades berikutnya adalah Silaturrachman, kemudian Edde Hariyanto. Kini --setelah Edde Hariyanto-- Kades Kalisat namanya Lukman Hidayat, dilantik sejak 2013 lalu."
Jika melihat dari sumber-sumber lain, ada nama Kades Kalisat yang tak disebutkan oleh Pakde Sugeng, yaitu Manuntirto, dengan masa bakti 1976-1984.
"Mungkin itu di masa Pak Sami'an, atau setelah Pak Sami'an. Nanti saya ingat-ingat lagi."
Menurutnya, dulu ada pencatat nazab keluarga, namanya Mbah Darso. Sayang sekali, ia sudah meninggal dunia sekitar enam tahun yang lalu.
Sesepuh lain selain Mbah Patar dan Mbah Genduk adalah Bujuk Nurdin di Glagahwero. Makamnya ada di Gumuk Taman, atau lebih dikenal dengan Gumuk Blanggur.
Teman-teman Kari Kecingkul, catatan ini tentu masih butuh penyempurnaan di sana-sini. Jika ada salah pencatatan mohon dikoreksi, dan bila ada informasi lain --terkait dengan sesepuh di tiga desa; Ajung, Kalisat, Glagahwero-- mari kita tambahkan bersama-sama. Terima kasih.