Jember benjir Dulat...mnder tamba'ah rajeh benjir reh..mole lah mateh kabbi reng jember jiah..jember taeh
Dengan menggunakan bahasa Madura, Hariyanto terang-terangan menghina warga Jember, berdoa semoga banjir semakin besar biar masyarakat Jember mati semua. Ia menutup kalimat itu dengan menyebut 'Jember Taeh' alias menghujat Jember dengan kotoran manusia.
Ketika itu beberapa wilayah di Jember memang sedang terjadi banjir. Banyak warga yang update status tentang kejadian banjir ini. Aksi dari Hariyanto itu tentu segera mendapatkan reaksi. Tidak sedikit pemuda Jember yang membalas celometan dari Hariyanto. Suasana di group Facebook yang beranggotakan 78.766 akun itu menjadi panas.
Hariyanto, pelaku penghinaan di Facebook
Tidak menunggu waktu lama, esok harinya --7 Maret 2015-- kasus penghinaan ini dilaporkan ke Mapolres Jember. Adalah Febri Ary, warga Krajan Sumbersari Jember, ia turut ke Mapolres bersama 6 warga lainnya untuk melaporkan kelakuan Hariyanto. Mereka berangkat ke Mapolres dengan menggenggam keresahan yang sama. Saya membaca ini di media online suarajatimpost.
Hari-hari selanjutnya, wall Facebook di group itu dipenuhi foto-foto dan komentar tentang Hariyanto.
Pada hari Kamis, 26 Maret 2015, dunia maya se-Indonesia sedang ramai pemberitaan tentang Saut Situmorang. Di twitter ada hastag Save Saut. Hari itu sastrawan Saut Situmorang dijemput paksa oleh anggota Polres Jakarta Timur di kediamannya di Jalan Danunegaran Mantrijeron, Yogyakarta. Banyak yang memberikan dukungan moril kepada Saut. Ia diadukan Fatin Hamama pada 2014 silam karena dianggap berkomentar keras di sebuah group Facebook.
Di hari yang sama, ketika Saut Situmorang dijemput paksa oleh polisi, Tim KOber --Komunitas Orang Jember-- sedang melacak rumah Hariyanto di Probolinggo. Dengan dikomandani oleh Kang Oesman, mereka mulai melacak rumah Hariyanto. Mobil yang mereka kendarai sempat berputar-putar. Tanya sana-sini hingga berjumpa dengan jalan dengan nama buah-buahan. Ada jalan manggis, duku, dan beberapa lagi. Mereka masuk di wilayah dusun Gerdo kelurahan Pakistaji kecamatan Wonoasih, Probolinggo.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Tim KOber, setelah berputar-putar cukup lama, keberadaan pelaku dapat dideteksi. Saat Tim KOber menemukan pelaku, dia sedang cuci motor disamping rumahnya. Tim KOber semakin yakin sebab plat nomor motor sama persis dengan yang ia unggah di Facebook.
Disaksikan perangkat desa setempat dan orang tuanya, pelaku mendapatkan pertanyaan-pertanyaan maupun pernyataan-pernyataan pedas dari Tim KOber. Tampak Raden Wawan dan Rahmad Bayu Prasetyo menanyai Hariyanto sambil menunjukkan bukti-bukti screencapture postingan pelaku. Hariyanto tidak bisa mengelak. Dengan wajah pucat dan selalu menunduk, ia tak bisa berkata apa-apa. Pada akhirnya Hariyanto menyatakan penyesalannya.
Di atas adalah lembar permintaan maaf Hariyanto kepada publik Jember. Tertanggal 26 Maret 2015, disaksikan oleh orang tua Hariyanto dan perangkat desa setempat
Permohonan maaf secara tertulis tersebut sudah dianggap cukup oleh warga Jember, diwakili Tim KOber. "Sesama muslim bersaudara, kita harus saling memaafkan," ujar Kang Oesman di sebuah komentar di Facebook. Ini juga menandakan jika laporan di Mapolres tidak lagi dilanjutkan, sebab jalur penyelesaian secara kekeluargaan telah ditempuh dan menghasilkan kesepakatan damai. Harapan berikutnya, semoga masalah ini tidak lagi membola salju, khususnya di group Komunitas Orang Jember.
Teman-teman, mari berhati-hati dalam menulis dan menyampaikan gagasan di dunia maya. Tidak semua pihak bisa berhati luas seperti Tim KOber. Lihat, di luar sana ada banyak sekali 'korban' dari membabi-butanya UU ITE, terlebih tentang pencemaran nama baik.
*Foto dari Group Facebook Dari Jember Oleh Jember Untuk Jember
Salam Kari Kecingkul!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar