Bilik kerja seorang karyawan Belanda di Sukowono
Tampak foto-foto tertempel di tembok di depan meja. Ada foto seorang perempuan, mungkin Ratu Belanda Wilhelmina. Ia dilantik sebagai ratu tahun 1898. Pada 7 Maret 1910, Ratu Wilhelmina merubah Papua menjadi Provinsi sendiri di luar Hindia Belanda, menjadi Provinsi Netherlands New Guinea, dengan Manokwari sebagai Ibukotanya. Gubernur terpilihnya adalah Class Lulof, meninggal dunia di Manokwari pada tahun 1922.
Maaf, tulisan ini tiba-tiba membahas kejadian di tahun 1910. Bukan tanpa alasan. Di foto tersebut terdapat sebuah kalender, di sana tertera Maret 1910.
Kalender menunjukkan bulan Maret 1910
Jika kita jeli memperhatikan foto, di sebuah tumpukan buku di sudut kanan meja terdapat buku dengan judul; Beekman Schulling-Atlasder Geheele Aarde. Itu adalah atlas dunia. Hal pertama yang harus dikuasai jika ingin menjadi penjajah di masa itu adalah penguasaan pada peta wilayah.
Bagaimana situasi Sukowono di tahun 1910? Tentu ramai, ia menjadi pusat kota perkebunan di Jember wilayah Utara yang berwajah Eropa. Saat itu di sana telah ada De Landbouw Maatschappij Soekowono milik Fransen van de Putte, bersamaan dengan semakin bertumbuh-pesatnya De Landbouw Maatschappij Oud Djember milik George Birnie. Perkebunan paling dekat dengan Sukowono adalah perkebunan di Djelboek milik Du Ry van Best Holle dan Geertsma, serta De Landbouw Maatschappij Soekokerto-Adjoeng milik keluarga Baud.
Di tahun yang sama, pihak perkebunan di Jember membuka layanan rumah sakit Djemberscheklinik. Ia sengaja dibangun untuk memberikan layanan pengobatan bagi karyawan-karyawannya.
Jika membaca artikel tentang sejarah Djemberscheklinik, disebutkan bahwa setelah Indonesia merdeka, semua perusahaan perkebunan dinasionalisasi pada tahun 1956. LMOD pun berubah menjadi PTP XXVII, PTP XXVI dan PTP XXIII di Kabupaten Jember. Kemudian pada 14 Februari 1996, ketiga PTP tersebut melakukan fusi, dan hasil dari peleburan tersebut di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) X. Termasuk juga RS Jember Klinik, akhirnya menjadi salah satu dari tiga unit bisnis strategis yang dimiliki oleh PTPN X.
Sukowono juga telah memiliki sebuah Orkestra bernama blaasorkestje, di bawah naungan Soekowono tabaksonderneming. Pemainnya adalah para karyawan perkebunan.
Meja karyawan yang lain, masih di Sukowono dan di tahun yang sama
Jika melihat foto pembanding di atas --Karyawan Belanda yang lain-- tentu masalah kerapian meja kerja menjadi syarat penting bagi karyawan perkebunan Belanda di Sukowono dan di tempat-tempat yang lain.
Selain jalur-jalur kereta api yang pada tahun itu sudah bisa dinikmati di Sukowono, Belanda juga membuat banyak saluran irigasi untuk menunjang kinerja di bidang perkebunan.
Itulah wajah Sukowono di tahun 1910 jika dilihat dari meja kerja karyawan perkebunan Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar