Oleh RZ Hakim
Model: Hana. Make up and painting: Febri. Fotografer: Ivan Bajil. Sabtu, 13 September 2014
Saat bocah, saya punya sahabat imajiner. Dialah Hiawata, karakter Indian bikinan Walt Disney. Gara-gara Hiawata, saya pernah berburu bulu ayam kalkun di Gudang Pandu. Dia juga menyebabkan saya dimarahi Ibu, sebab bedaknya yang hanya bisa dibeli eceran di toko pracangan --dengan merk Viva Nomor 4, saya habiskan untuk membuat painting pada wajah.
Itu dulu, ketika saya masih baru bisa calistung.
Ketika besar, saya berkenalan dengan novel karya Karl May yang berjudul Winnetou. Dalam terjemahan Bahasa Indonesia novel ini berjudul Winnetou: Kepala Suku Apache. Ia membuat saya ingin memiliki sepasang Moccasin, sepatu khas Indian Apache.
Bilamana terdengar kata Indian, selalu terbayang juga tentang Dayak dan Mentawai. Mereka para pemburu yang handal.
Kini kostum Indian banyak digunakan sebagai mode fashion, mulai dari fashion tingkat Internasional hingga kadisa atau perayaan di tingkat desa. Saya kira, sudah waktunya berkenalan dengan filosofi yang menyertainya. Jika tidak, itu hanya akan membuat Hiawata dan Winnetou sedih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar