Tumpukan Batu Balast di Stasiun Kalisat. Dokumentasi Ivan Bajil, 10 September 2014.
Ketika kita masih kecil, biasanya sering main tebak-tebakan begini. "Kenapa di sepanjang rel kereta api diberi batu?" Lalu yang diberi tebakan akan menjawab, "Soalnya kalau dikasih onde-onde pasti diambil orang."
Tahukah kita apa nama batu di sepanjang rel kereta api? Ia bernama batu balas. Disebut juga dengan balast, dengan huruf 'T' di belakangnya.
Menurut wiki, Balast adalah bagian dari badan jalan kereta api dimana bantalan rel ditempatkan. Batu ini diitempatkan di antara, dibawah, dan disekitar balast. Material balast biasanya adalah batu kericak dengan dimensi dan ukuran seragam.
"Nek istilahe wong sepuran, ngecer balas iku jenenge ngericak," kata Windi.
Batu balast dibutuhkan untuk ditempatkan di sekitar rel kereta api setidaknya agar tanaman tidak tumbuh di badan jalan kereta api. Bayangkan jika tidak diberi batu dan ada pohon beringin yang tumbuh di samping rel kereta api.
Fungsi utama dari batuan-batuan ini adalah sebagai drainase alias untuk menahan dan memperlancar aliran air di saat hujan. Fungsi ini berperan untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah atau erosi pada tanah di sekitar rel kereta api.
"Rel nek nggak nang nduwure balas, iso putung wesi rel'e. Gampang retak. Soale tanah kan adem, sedangkan permukaane panas. Adem ketemu panas dadine korosi. Kropos. Nek onok krecak'e suhu bajane iso stabil."
Benar kata Windi di atas. Batuan balas juga berfungsi sebagai bantalan pemberat. Dengan adanya lapisan batu kerikil ini rel dapat tetap berdiri dengan stabil.
"Pondasi iku menyerap getaran. Tapi material ketika kenek perbedaan suhu, iku akan mempercepat proses keretakan. Jenenge Krek. Mangkane gabin pesawat iku kan mesti onok celah-celahe. Nah, podo karo iku bro. Semua prinsip logam koyok ngono iku. Ketika sebuah benda keras atau logam mengalami perbedaan suhu pada masing-masing lapisan, itu akan mempercepat terjadinya retakan. Nah, biar tidak terjadi keretakan maka harus ada ruang. Contohnya apa? Yo termos iku. Antara logam dan kaca onok sekat udarane. Fungsine menstabilkan suhu di luar dan suhu yang di baliknya. Nek mepet, termose mletek. Pecah."
Windi menjelaskan teori fisika kuantum secara gamblang sekali, sehingga saya mudah mengimajinasikannya.
"Menungso wae nek onok nang suhu dingin, sedangkan suhu kita panas, kulite iso mletek-mletek. Misale pas awak dewe enek nang gunung. Opo maneh koen seneng ngombe wedang sing panas. Lak kulitmu mengko pecah-pecah."
Kini saya semakin mengerti, selain sebagai pengatur suhu, batu balas juga berfungsi untuk menyerap getaran --shock absorber-- yang terjadi ketika kereta api tengah lewat. Ketika kereta api melintas, goncangan pun dapat dikurangi.
Itulah kenapa di sepanjang rel kereta api tak diberi onde-onde atau deng guring, tapi batu-batu balas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar