Jumat, 19 September 2014

Tak Ada Kereta Api di Bali

Jumat, 19 September 2014
Sangat menarik membaca pertanyaan Fanggi di grup Kari Kecingkul pada 25 Juli 2014. Ia menuliskannya saat sedang berada di Bali, dengan menggunakan BlackBerry Smartphones App. Karena di Bali tidak ada kereta api, apakah di sana tidak pernah ada penjajahan?

Di Bali g̲̮̲̅͡åк̲̮̅ ada kereta api ??
Berarti penjajahan g̲̮̲̅͡åк̲̮̅ sampek ke Bali?
Tapi knapa banyak orang yang mirip penjajah menetap di Bali??
Sebenernya Bali masi di jajah!
Sama kebudayaan asing !!
Ni manusia sudah jarang g̲̮̲̅͡åк̲̮̅ manusiawi lagi!!
Semua terbuka !,telihat,pengaruh kebiasaan pendatang,!!!
terus' kereta apinya mana??
Yang ada cuma pesawat.
Perahu di dermaga.
Becak g̲̮̲̅͡åк̲̮̅ ada jugak!

Di waktu yang lain, saya mencoba menjawab pertanyaan Fanggi. Jawaban yang sederhana, namun semoga bisa mewakili keresahan Fanggi.

Fanggi..

Bali itu menarik. Ia memiliki kekuatan budaya. Bangsa Belanda mulai tertarik pada Bali pada tahun 1601, namun mereka baru bisa 'menaklukkan' Bali pada Abad 20. Mengapa begitu lama?

Bali adalah sebuah wilayah yang sulit ditaklukkan. Sebabnya ya itu tadi, mereka memiliki keluhuran budaya. Kekuatan ini didasari oleh sadar sejarah dan lingkungan.

Kini, Bali dikepung oleh banyak kepentingan pasar. Marhaban Ya Kapitalisme, begitu kira-kira kata orang pintar. Maka diperhebatlah aksesbilitas. Jalan-jalan, bandara, hingga isue lingkungan terkini seputar Reklamasi Teluk Benoa yang berbau adanya ketidakadilan di bidang lingkungan.

Kabar baik buatmu, Fanggi. Sejak empat bulan yang lalu sebenarnya Pemerintah Provinsi Bali sedang giat-giatnya mengundang investor yang berani mengongkosi uji kelayakan dan pembuatan jalur kereta api untuk pariwisata keliling pulau. Kamu bisa membacanya di situs antaranews dotkom.

Sebenarnya wacana pembuatan jalur kereta api di Bali mengemuka sejak 2010. Adapun panjang rel kereta api Bali diperkirakan mencapai 560 km. Itu masih rencana awal. Ia bisa lebih panjang lagi. Atau lebih pendek, mengingat topografi tanah di Bali Utara berupa pegunungan. Ini tentu menyulitkan. Kecuali pihak pembuat menyanggupi membuat jembatan-jembatan yang layak, seperti ketika Belanda membikin rel kereta api di masa kependudukannya.

Fanggi, penjajahan itu bukan hanya tentang ada dan tiadanya rel kereta. Meski demikian, aksesbilitas tetaplah menjadi media penting dalam 'penjajahan.'

Sekarang kamu masbro kasih PR ya. Mau kan? Hehe.. Menurut Fanggi, kemerdekaan itu apa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudut Kalisat © 2014