Jumat, 16 Oktober 2015

Kalisat Menyimpan Kisah Kepala Dipenggal

Jumat, 16 Oktober 2015
Berikut adalah catatan Om Qingliang Yang (warga Kalisat kelahiran 21 Januari 1958) di status Facebook miliknya tanggal 10 Oktober 2015. Dia menceritakan tentang sebuah pembunuhan di Kalisat, saat dia masih berusia tujuh tahun.

Catatan Qingliang Yang

Hari ini saya membaca berita mengenai seorang suami di India yang menenteng kepala istrinya yang dia pancung karena dugaan selingkuh. Ada banyak komentar mengenai berita tersebut di Kompas.com.

Pada tahun 1960an di desa tempat saya tinggal --Kalisat, Ayah saya adalah satu-satunya tukang potret yang membuka foto studio di sana. Ayah saya bernama Njoo Giok Kwan, pemilik Nyoo Studio di Kalisat, kabupaten Jember.

Pada suatu hari ada kejadian pembunuhan yang dilakukan seorang suami yang memergoki istrinya sedang selingkuh dengan pacar gelapnya. Sang suami kalap ini langsung membunuh keduanya. Tidak cukup begitu saja, dia juga memenggal kepala kedua korbannya sampai putus dan menentengnya ke rumah kepala desa. Istri sang kepala desa sampai pingsan ketika melihatnya.

Rekonstruksi dilakukan secara cepat oleh pihak kepolisian setempat dan Ayah saya diminta untuk mendokumentasikannya. Ayah menolak tapi tidak keberatan untuk meminjamkan kameranya kepada Mantri Polisi yang bernama Pak Soewardi (dia juga dikenal sebagai pengembang Orhiba di desa kami) untuk mewakilinya. Rekonstruksi dilakukan di zaman itu tanpa menggunakan boneka seperti di masa kini, alias langsung pakai barang bukti berdarah itu.

Ayah saya mencetak foto itu dan menyisakan beberapa lembar untuk di simpan dan ditunjukkan ke teman-temannya. Foto-foto hitam putih berukuran 6x6 yang dengan cukup jelas menunjukkan 2 buah kepala tergeletak di tanah, sering kami lihat ketika kami kecil dulu --saat saya berusia tujuh tahun-- karena diletakkan di laci tempat barang-barang tetek bengek disimpan! Sayangnya atau untungnya foto-foto itu sudah lenyap sehingga tak perlu saya memenuhi permintaan no pic=hoax untuk saya posting di sini.

Tambahan

Kisah serupa di Kalisat juga pernah saya jumpai di buku Srihandoko berjudul, Berjalan Bersama Tuhan. Buku itu adalah kumpulan beberapa catatan, dan catatan pertamanya berjudul; Kepala Manusia di Atas Piring. Ia berkisah tentang suatu pagi di Kalisat, ketika terjadi pembunuhan, namun berlatar tahun 1950an.

Korban pembunuhan itu adalah seorang sinder perkebunan bernama Pak Karman, sedangkan pembunuhnya adalah seorang mandor kebun yang tak lain adalah orang kepercayaan Pak Karman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudut Kalisat © 2014