RONDA malam adalah saatnya bersenang-senang keliling kampung, lalu duduk bersama dan saling berbincang. Semalam adalah jadwal saya untuk ronda. Orang-orang berkumpul dan berbagi cerita. Tema yang dibicarakan seputar isi dompet. "Habis berapapun tidak apa, yang penting anak-anak harus sekolah. Mereka harus lebih pandai dari saya," ujar Pak Adi Wiyono saat kami bicara tentang mahalnya biaya sekolah.
Kemarin, 26 Juli 2015, toko-toko buku di Jember memang mengalami lonjakan pembeli. Dua toko buku yang saya masuki adalah Senyum Media di areal kampus, serta toko Cemerlang di Kalisat. Suasana berdesak-desakan itu berlangsung hingga malam hari. Para kasir terlihat lelah.
Orang-orang juga bercerita tentang gempa bumi kemarin, dan tentang suasana mercon di Kalisat selama lebaran. Kata Ari, lebaran kali ini terbilang sepi. "Mungkin mahalnya biaya sekolah berpengaruh pada pembelian mercon dan kembang api."
Tentu saja, obrolan favorit masih seputar Pilkada di Jember.
Tema lain adalah tentang suasana menjelang karnaval. Kalisat --dan sekitarnya-- memang dikenal gandrung dalam urusan karnaval.
Ingat karnaval, teringat pula kata-kata Arizona Rambi (ketua OSIS SMAN 1 Kalisat) pada 25 Juli lalu. Ia bilang, "Inilah Kalisat. Mon e soro majer buku se regenah satos ebuh, tak lekas e bejer. Tapi kalau untuk urusan karnaval, make la lema ratos ebuh, hari itu juga langsung diusahakan uang."
Kini, setiap kali ronda, kami harus melengkapi diri dengan masker, dan kalau perlu kaca mata, agar terhindar dari abu vulkanik Raung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar