Minggu, 26 Mei 2013

De Landbouw Maatschappij Soekokerto-Adjong

Minggu, 26 Mei 2013

De Landbouw Maatschappij Soekokerto-Adjong

Masyarakat Pertanian Soekokerto-Adjong didirikan pada tanggal 26 Mei 1897. Direktur adalah Mr. C. Vermeer. Para komisaris adalah JD Douw van der Krap, K. Douw van der Krap, J. Hoboken Az., Dr. S. Birnie dan A. Bosman, dengan modal saham sebesar NLG 500.000 -. (dibagi menjadi 500 saham f 1,000.00).

Di beberapa sumber yang lain, disebutkan jika De Landbouw Maatschappij Soekokerto-Adjong adalah milik keluarga Baud.

Deskripsi Perusahaan itu:

Mengendalikan pertanian di pulau Jawa di perusahaan hak kepemilikan, penyewaan, atau bangunan toebehoorende atau tanah yang disewakan, opkoopen oleh orang lain menghasilkan pertumbuhan di sana, mempersiapkan untuk pasar dan pengolahan, dikatakan oleh perusahaan untuk account sendiri atau produk tumbuh dibeli dari orang lain, zoomede penjualan produk-produk dan barang-barang manufaktur yang diproduksi darinya. Pasar untuk pembuatan produk dalam nama Jawa pihak ketiga dan menjual produk yang dibuat di komisi dalam kantor perusahaan.

Artikel dalam bahasa Belanda bisa dilihat di sini.

Catatan

1. Terdapat empat investor partikelir perintis yang menanamkan modalnya guna membuka lahan perkebunan di Jember dan yang terbesar adalah LMOD --De Landbouw Maatschappij Oud Djember-- milik George Biernie, berdiri sejak 1859. Tiga lainnya terletak di Jelbuk, Sukowono, dan Soekokerto-Adjoeng.

Perkebunan di Jember berkembang pesat. Lalu pada paruh awal 1920an, keadaan ini mengundang pengusaha lain untuk menanamkan modalnya di Jember. Mereka mendirikan beberapa perusahaan perkebunan partikelir antara lain; Maatschappij Goemelar (MG), Maatschappij Soember Djoeruk (MSD), NV Cuultur Maatschappij Zuid Djember (CMZD), NV Besoeki Tabaks Maatschappij (BTM), NV Tabaks Onderneming Soember Baroe (TOSB), NV Tabaks Cultuur Maatscappij Soember Sarie (CMSS), NV Landbouw Soekasari (LS), HG Grevers (Onderneming Magisan). Itu semua untuk memenuhi kebutuhan pasar Internasional.

2. Ondernemer adalah pengusaha partikelir yang menjalankan usahanya melalui dengan beberapa tahap, mulai menyewa tanah milik penduduk dan mencari tenaga kerja, kemudian memberikan bibit dan peralatannya, dan seterusnya.

Mengenai istilah ondernemer dapat dilihat pada majalah De Indische Gids, Jrg. 16 tahun 1894 hlm. 266-274.

3. Opkooper adalah pengusaha yang kerjanya tanpa melalui proses proses pembudidayaan sebagaimana yang dilakukan oleh ondernemer. Pengusaha ini hanya melakukan pembelian tanaman perkebunan secara bebas yang ditanam masyarakat. Mereka hanya berbekal menyewa sebidang tanah untuk membuat gudang penyimpanan sebelum dibawa pasar internasional.

Lihat pada majalah De Indische Gids, Jrg. 16 tahun 1894 hlm. 266-274.

4. Pembangunan rel yang menghubungkan Pelabuhan Panarukan dengan jalur kereta api Jember-Bondowoso-Panarukan (150 km) dibuka pada tanggal 1 Oktober 1897.

Ini merupakan kelanjutan dari proses pembangunan rel kereta api di Jawa Timur. Di awali pembangunan rel Surabaya-Pasuruan yang sebagai penghasil Gula --16 Mei 1878. Selanjutnya diperpanjang dari Pasuruan-Probolinggo tahun 1884, hingga akhirnya mencapai Klakah pada 1895.

Dalam catatan yang lain, Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indie 1875-1925, pada 15 Juli 1899, konstruksi dari garis Probolinggo - Jember - Panarukan dengan simpangan ke Pasirian sedang dikerjakan. Sedangkan konstruksi dari garis Kalisat - Banyuwangi lagi digambar.

5. Kalisat di tahun 1930 memiliki komposisi penduduk; Bumiputera 131.856, lalu 57 warga Cina, 81 warga Arab, serta 211 warga Eropa.

Di masa sebelumnya, tahun 1789, warga Jember secara keseluruhan memiliki jumlah penduduk berkisar 8.000 jiwa saja. Di masa tersebut, diyakini bahwa Jember merupakan daerah berpopulasi rendah. Jika pendapat para akademis itu benar, tentu komposisi penduduk di Kalisat dan sekitarnya juga sangat rendah. Jember di tahun 1789 masih merupakan wilayah pedalaman --jauh dari laut-- dengan basis usaha pertanian subsistensi.

Pertanian subsistensi adalah pertanian swasembada atau self-sufficiency, di mana petani hanya fokus pada usaha membudidayakan bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk mereka sendiri dan keluarganya.

Catatan Lain

1. Soekokerto dan Adjoeng telah ada di catatan Birnie tanggal 21 Oktober 1859.

2. Pada 1916-1922 Frederik Hendrik van Persijn bekerja sebagai karyawan di Besoeki Tobacco Company di Kalisat Jember, dan pada 1923-1926 ia bekerja di perusahaan Soemberdjeroek di Kalisat.

Tahun 1929 adalah zaman malaise --depresi besar-- di seluruh dunia. Ia adalah krisis kapitalisme global bagi masyarakat perkebunan.

Dampak depresi global pada masyarakat pertanian di Jember:

Untuk perkebunan tembakau Jember masih mampu mengekspor sebanyak 302.900 bal pada tahun 1931. Pada tahun berikutnya mengalami penurunan hanya mampu mengekspor sebanyak 138.139 bal tembakau. Untuk tahun-tahun berikutnya sudah harus menghentikan pengiriman dan hanya konsentrasi di pasar domestik saja.

Ketika Indonesia merdeka, ada kebijakan nasionalisasi perusahaan perkebunan milik Belanda. Perusahaan-perusahaan itu diambil alih oleh pemerintahan Indonesia, berdasarkan UU Nomor 86 Tahun 1958. Selanjutnya berdasarkan PP No. 4 Tahun 1959 ditentukan perusahaan-perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi meliputi:

1. NV. Landbouw Maatschappij Oud Djember di Adjong, Gambirono, Kertosari, West Djember, Oost Djember, Nangkaan
2. Besoeki Tabaks Maatschappij di Mojo, Sumber Jeruk dan Tamanan
3. NV. Cultuur Maatschappij Djelboek di Jelbuk dan Soekokerto Jember
4. NV. Landbouw Maatschappij Soekowono di Sukowono.

Perusahaan-perusahaan tersebut yang dahulu milik pihak Belanda kini berubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara. Beberapa tahun kemudian perusahaan mengalami pembenahan hingga tahun 1972 menjadi PTP XXVII, dan pada tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara X --PTPN X-- hingga kini.
Sudut Kalisat © 2014