Minggu, 21 September 2014

Mempertanyakan Save Gumuk

Minggu, 21 September 2014
Oleh Aditya 'Dodo' Priandaru

Tidak ada yang bisa mencegah pemilik gumuk-gumuk itu untuk tidak menjual tanahnya, karena si pemilik gumuk punya surat tanah (sertifikat). Siapa yang bisa melarang? Mungkin tidak ada yang bisa melarang.

Jika kita bertanya, "Kenapa gumuk itu di ratakan?" Kemungkinan besar pemilik tanah menjawab begini, "Jika tidak menjual material yang ada di gumuk mau makan apa anak dan istri?" Manusia tidak memang pernah lepas dari urusan perut, itu pasti.


Desa Sukowiryo kecamatan Jelbuk, 18 September 2014. Dokumentasi pribadi

Setahu saya, di desa Sumber Wringin dan kecamatan Jelbuk, masyarakatnya bergantung pada material yang ada di dalam gumuk, khususnya batu piring. Bahkan katanya, batu piring desa Sumber Wringin kualitas ekspor. Jadi setiap hari batu-batu piring yang ada di dalam gumuk di eksploitasi besar-besaran. Tidak akan ada lagi gumuk-gumuk di desa Sumber Wringin.

Memang itu adalah hak mereka untuk menjual gumuk miliknya. Tetapi di lain sisi, gumuk adalah penyeimbang ekosistem mahkluk hidup. Jika sedikit demi sedikit gumuk habis pasti ada salah satu hewan akan ikut punah.

Satu hal yang belum bisa terjawab dalam diskusi saat buka bersama di Kalijejer pada 12 Juli 2014 yang lalu. Bagaimana caranya kita bisa mempertahankan gumuk agar tidak rata dengan tanah?

Jumat, 19 September 2014

Tak Ada Kereta Api di Bali

Jumat, 19 September 2014
Sangat menarik membaca pertanyaan Fanggi di grup Kari Kecingkul pada 25 Juli 2014. Ia menuliskannya saat sedang berada di Bali, dengan menggunakan BlackBerry Smartphones App. Karena di Bali tidak ada kereta api, apakah di sana tidak pernah ada penjajahan?

Di Bali g̲̮̲̅͡åк̲̮̅ ada kereta api ??
Berarti penjajahan g̲̮̲̅͡åк̲̮̅ sampek ke Bali?
Tapi knapa banyak orang yang mirip penjajah menetap di Bali??
Sebenernya Bali masi di jajah!
Sama kebudayaan asing !!
Ni manusia sudah jarang g̲̮̲̅͡åк̲̮̅ manusiawi lagi!!
Semua terbuka !,telihat,pengaruh kebiasaan pendatang,!!!
terus' kereta apinya mana??
Yang ada cuma pesawat.
Perahu di dermaga.
Becak g̲̮̲̅͡åк̲̮̅ ada jugak!

Di waktu yang lain, saya mencoba menjawab pertanyaan Fanggi. Jawaban yang sederhana, namun semoga bisa mewakili keresahan Fanggi.

Fanggi..

Bali itu menarik. Ia memiliki kekuatan budaya. Bangsa Belanda mulai tertarik pada Bali pada tahun 1601, namun mereka baru bisa 'menaklukkan' Bali pada Abad 20. Mengapa begitu lama?

Bali adalah sebuah wilayah yang sulit ditaklukkan. Sebabnya ya itu tadi, mereka memiliki keluhuran budaya. Kekuatan ini didasari oleh sadar sejarah dan lingkungan.

Kini, Bali dikepung oleh banyak kepentingan pasar. Marhaban Ya Kapitalisme, begitu kira-kira kata orang pintar. Maka diperhebatlah aksesbilitas. Jalan-jalan, bandara, hingga isue lingkungan terkini seputar Reklamasi Teluk Benoa yang berbau adanya ketidakadilan di bidang lingkungan.

Kabar baik buatmu, Fanggi. Sejak empat bulan yang lalu sebenarnya Pemerintah Provinsi Bali sedang giat-giatnya mengundang investor yang berani mengongkosi uji kelayakan dan pembuatan jalur kereta api untuk pariwisata keliling pulau. Kamu bisa membacanya di situs antaranews dotkom.

Sebenarnya wacana pembuatan jalur kereta api di Bali mengemuka sejak 2010. Adapun panjang rel kereta api Bali diperkirakan mencapai 560 km. Itu masih rencana awal. Ia bisa lebih panjang lagi. Atau lebih pendek, mengingat topografi tanah di Bali Utara berupa pegunungan. Ini tentu menyulitkan. Kecuali pihak pembuat menyanggupi membuat jembatan-jembatan yang layak, seperti ketika Belanda membikin rel kereta api di masa kependudukannya.

Fanggi, penjajahan itu bukan hanya tentang ada dan tiadanya rel kereta. Meski demikian, aksesbilitas tetaplah menjadi media penting dalam 'penjajahan.'

Sekarang kamu masbro kasih PR ya. Mau kan? Hehe.. Menurut Fanggi, kemerdekaan itu apa?

Kamis, 18 September 2014

Kenapa Ada Batu Balast di Sepanjang Rel Kereta Api

Kamis, 18 September 2014

Tumpukan Batu Balast di Stasiun Kalisat. Dokumentasi Ivan Bajil, 10 September 2014.

Ketika kita masih kecil, biasanya sering main tebak-tebakan begini. "Kenapa di sepanjang rel kereta api diberi batu?" Lalu yang diberi tebakan akan menjawab, "Soalnya kalau dikasih onde-onde pasti diambil orang."

Tahukah kita apa nama batu di sepanjang rel kereta api? Ia bernama batu balas. Disebut juga dengan balast, dengan huruf 'T' di belakangnya.

Menurut wiki, Balast adalah bagian dari badan jalan kereta api dimana bantalan rel ditempatkan. Batu ini diitempatkan di antara, dibawah, dan disekitar balast. Material balast biasanya adalah batu kericak dengan dimensi dan ukuran seragam.

"Nek istilahe wong sepuran, ngecer balas iku jenenge ngericak," kata Windi.

Batu balast dibutuhkan untuk ditempatkan di sekitar rel kereta api setidaknya agar tanaman tidak tumbuh di badan jalan kereta api. Bayangkan jika tidak diberi batu dan ada pohon beringin yang tumbuh di samping rel kereta api.

Fungsi utama dari batuan-batuan ini adalah sebagai drainase alias untuk menahan dan memperlancar aliran air di saat hujan. Fungsi ini berperan untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah atau erosi pada tanah di sekitar rel kereta api.

"Rel nek nggak nang nduwure balas, iso putung wesi rel'e. Gampang retak. Soale tanah kan adem, sedangkan permukaane panas. Adem ketemu panas dadine korosi. Kropos. Nek onok krecak'e suhu bajane iso stabil."

Benar kata Windi di atas. Batuan balas juga berfungsi sebagai bantalan pemberat. Dengan adanya lapisan batu kerikil ini rel dapat tetap berdiri dengan stabil.

"Pondasi iku menyerap getaran. Tapi material ketika kenek perbedaan suhu, iku akan mempercepat proses keretakan. Jenenge Krek. Mangkane gabin pesawat iku kan mesti onok celah-celahe. Nah, podo karo iku bro. Semua prinsip logam koyok ngono iku. Ketika sebuah benda keras atau logam mengalami perbedaan suhu pada masing-masing lapisan, itu akan mempercepat terjadinya retakan. Nah, biar tidak terjadi keretakan maka harus ada ruang. Contohnya apa? Yo termos iku. Antara logam dan kaca onok sekat udarane. Fungsine menstabilkan suhu di luar dan suhu yang di baliknya. Nek mepet, termose mletek. Pecah."

Windi menjelaskan teori fisika kuantum secara gamblang sekali, sehingga saya mudah mengimajinasikannya.

"Menungso wae nek onok nang suhu dingin, sedangkan suhu kita panas, kulite iso mletek-mletek. Misale pas awak dewe enek nang gunung. Opo maneh koen seneng ngombe wedang sing panas. Lak kulitmu mengko pecah-pecah."

Kini saya semakin mengerti, selain sebagai pengatur suhu, batu balas juga berfungsi untuk menyerap getaran --shock absorber-- yang terjadi ketika kereta api tengah lewat. Ketika kereta api melintas, goncangan pun dapat dikurangi.

Itulah kenapa di sepanjang rel kereta api tak diberi onde-onde atau deng guring, tapi batu-batu balas.

Senin, 15 September 2014

Fashion Tanpa Filosofi Adalah Kering

Senin, 15 September 2014
Oleh RZ Hakim


Model: Hana. Make up and painting: Febri. Fotografer: Ivan Bajil. Sabtu, 13 September 2014

Saat bocah, saya punya sahabat imajiner. Dialah Hiawata, karakter Indian bikinan Walt Disney. Gara-gara Hiawata, saya pernah berburu bulu ayam kalkun di Gudang Pandu. Dia juga menyebabkan saya dimarahi Ibu, sebab bedaknya yang hanya bisa dibeli eceran di toko pracangan --dengan merk Viva Nomor 4, saya habiskan untuk membuat painting pada wajah.

Itu dulu, ketika saya masih baru bisa calistung.

Ketika besar, saya berkenalan dengan novel karya Karl May yang berjudul Winnetou. Dalam terjemahan Bahasa Indonesia novel ini berjudul Winnetou: Kepala Suku Apache. Ia membuat saya ingin memiliki sepasang Moccasin, sepatu khas Indian Apache.

Bilamana terdengar kata Indian, selalu terbayang juga tentang Dayak dan Mentawai. Mereka para pemburu yang handal.

Kini kostum Indian banyak digunakan sebagai mode fashion, mulai dari fashion tingkat Internasional hingga kadisa atau perayaan di tingkat desa. Saya kira, sudah waktunya berkenalan dengan filosofi yang menyertainya. Jika tidak, itu hanya akan membuat Hiawata dan Winnetou sedih.

Senin, 08 September 2014

Mozaik di Kalisat

Senin, 08 September 2014
Oleh RZ Hakim

Kota Kalisat memiliki karakter Bhineka yang dipengaruhi oleh budaya Using, Jawa, Cina dan Madura. Ketika ada pesta tahunan GERTAK atau Gerak Jalan Tradisional Kalisat, aneka keberagaman itu ditampakkan dengan kostum para peserta.

Saat ini kita lebih mudah menjumpai karakter budaya Madura di Kalisat. Sebab sebagian besar masyarakatnya tumbuh dewasa dengan Ibu yang Berbahasa Madura.


Nuansa Madura

Sejarah telah mencatat, pada 155 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 21 Oktober 1859, ketika George Birnie (bersama Mr. C. Sandenberg Matthiesen dan van Gennep) mendirikan usaha NV. Landbouw Maatsccappij Oud Djember, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan. Tentu Birnie akan melirik Kota seperti Kalisat dan Sukowono, tempat dimana tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Produk andalan perdana dari NV. LMOD adalah tembakau jenis Na Oogst.

Tentu Birnie dan rekan-rekannya membutuhkan tenaga kerja yang ulet. Berawal dari hasrat pemenuhan tenaga kerja di bidang perkebunan, didatangkan juga para bakal buruh dari Pulau Madura. Dari sini, dimulailah proses akulturasi di segala bidang, termasuk mengenai Bahasa.

Kalisat dekat sekali dengan Kabupaten Bondowoso. Untuk menuju ke sana, hanya tinggal melewati satu Kecamatan lagi yaitu Sukowono. Ketika itu status Kabupaten Jember masih sebagai salah satu distrik dari Regentschap Bondowoso. Hingga pada 1883 Jember mengalami perubahan status. Dari yang tadinya Distrik --bagian dari Bondowoso-- menjadi regentschap sendiri dan terpisah dari Bondowoso.

Dari sini dimulailah pembangunan infrastruktur di segala bidang, terutama pada pembukaan akses yang bisa menghubungkan Jember dengan daerah-daerah di sekitarnya. Selain akses jalan, infrastruktur dititikberatkan pada pembangunan irigasi modern. Kalisat - Sukowono masih menyisakan beberapa herritage tentang irigasi buatan Belanda.

Dalam GERTAK, Anda juga mudah menemukan sentuhan-sentuhan tradisi Pulau Dewata. Barangkali ini ada hubungannya dengan mereka warga Kalisat yang mencari penghasilan di sana, kemudian pulang dan membawa serta secuil adat istiadat dari Bali.


Nuansa Bali

Gerak Jalan Tradisional Kalisat kemarin --6 September 2014-- juga ditandai dengan gerbang finish di dekat Polsek Kalisat yang dihiasi dengan dua janur kiri kanan bermotif Bali.

Bagaimana dengan nuansa Jawa? Tentu saja ada dan banyak dijumpai di Gertak Fashion Carnival 2014.

Di Kalisat, corak Banyuwangian juga sesekali kita temui. Mereka tidak buta pada tradisi Janger maupun Gandrung. Kadang beberapa pemuda Kalisat bersenda gurau --dalam dialek Madura-- bahwa sayap-sayap JFC dimulai dari selendang gandrung, namun orang-orang malas untuk mengakuinya.


Nuansa Banyuwangi

Hingga pada tahun 1930, menurut catatan Memories van Overgave van den Residentie Besoeki 1931, komposisi penduduk Kalisat adalah seperti berikut ini;

Pribumi, 131.856
China, 957
Arab, 81
Eropa, 211

Total, 133.105

Kalisat adalah wilayah yang menarik. Ia ada di wilayah bagian Utara Kota Jember. Kini orang-orang lebih mengenal Kalisat yang bernuansa Madura. Namun sebelum era Birnie pada 155 tahun yang lalu, sesungguhnya Kalisat lebih dekat dengan karakter Using. Kini Using secara teritorial sudah dianggap hanya ada di Kabupaten Banyuwangi.


Bergoyang bersama lagu Using Banyuwangi-an

Di Kalisat, ketika ada salah satu warga yang sedang punya hajad, biasanya mereka akan menyewa sound system dan memperdengarkan lagu-lagu pada masyarakat di sekitarnya. Begitu pula dengan acara kolektif seperti Karnaval Umum dan GERTAK Fashion Carnival. Ia dipenuhi oleh sound dan lagu-lagu. Sering saya dengar, mereka memutar lagu-lagu Using serta lagu Banyuwangian yang sedang trend seperti yang didendangkan oleh Demi dan Suliyana.

Di mata saya, ini semacam kerinduan pada masa lalu. Sayang saya tidak pandai di bidang Semiotika, khususnya yang mempelajari bidang interteks.

Intertekstual adalah sebuah pendekatan untuk memahami sebuah teks sebagai sisipan dari teks-teks lain. Intertekstual juga dipahami sebagai proses untuk menghubungkan teks dari masa lampau dengan teks masa kini.

Kejadian yang terjadi sekarang, adalah kepingan mozaik yang pernah terjadi di masa lampau.

Manakala kita menyediakan waktu untuk menengok ke belakang, sesungguhnya inisiatif George Birnie untuk mendirikan usaha perkebunan di Jember hanyalah karena ia melihat bagaimana pintarnya warga lokal --Jember-- ketika mereka menanam, merajang, dan memperlakukan tembakau. Jadi, siapakah warga lokal yang dimaksud George Birnie?

*Foto-foto oleh Faisal Korep

Minggu, 07 September 2014

Cerita Pembuka Tentang GERTAK

Minggu, 07 September 2014
Oleh RZ Hakim

Saya menepati janji kepada kawan-kawan Kari Kecingkul untuk turut menyemarakkan acara GERTAK, Gerak Jalan Tradisional Kalisat. Dengan pick up warna merah yang disewa oleh Mas Bajil, kami berangkat --dari Panaongan-- menuju Kalisat. Sepeda BMX milik kawan-kawan InfiniTeam Jember Bike dan Nuclear Naked kami tumpuk-tumpuk di atas pick up merah.


Persiapan meramaikan GERTAK - Foto oleh Oki

Sampai tiga hari sebelum acara, Mas Bajil sibuk menghubungi saya. Ia menanyakan perihal MC. Kata Mas Bajil, komunitas Kari Kecingkul akan menyemarakkan acara GERTAK. Mereka ikut beregu, disertai dengan truk yang mengangkut Sound System. Nah, tim Kari Kecingkul butuh MC untuk membacakan narasi acara. Mereka didudukkan di atas truk yang sudah dihias.

Mendekati acara, saya mendapati dua orang --keluarga tamasya-- yang bersedia menjadi MC untuk regu Kari Kecingkul. Keduanya adalah Varina Oktavia dan Indana Putri Ramadhani. Ditambah satu lagi, istri saya sendiri, Zuhana Anibuddin Zuhro.


Sesampainya di IGA Production - Kalisat

Tentang awal keberadaan GERTAK, dua narasumber yang saya temui menyebutkan angka tahun yang berbeda. 1984 dan 1986. Barangkali kepanitiaan GERTAK tidak mempersiapkan bidang pengarsipan.


Salah satu peserta GERTAK 2014. Foto oleh Faisal Korep

Di dalam GERTAK --Gerak Jalan Tradisional Kalisat-- Anda akan menjumpai kegembiraan. Di sini tak hanya bicara tentang gerak jalan. Ia juga tentang nyanyian, warna-warni fashion, tarian, serta aneka sound system yang ditata di atas kendaraan hias. Tentu, GERTAK juga tentang ekspresi mereka yang menjalani peran sebagai penonton.

Cerita yang lain. Di sudut yang berbeda, kota kecil ini sedang punya gawe. Jember Open Marching Band Competition. Digelar pada 5 - 7 September 2014.

Sementara itu dulu cerita pembuka tentang GERTAK 2014. Akan saya sambung di lain waktu.

Salam Kari Kecingkul!

Rabu, 03 September 2014

GERTAK Fashion Carnivals

Rabu, 03 September 2014

GERTAK --Gerak Jalan Tradisional Kalisat-- akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 September 2014. Start dari Lapangan Sukowono, finish di depan Polsek Kalisat.

Tema GERTAK bebas. Adapun unsur penilaian mencakup beberapa hal, diantaranya adalah keunikan, keindahan dan kreatifitas.

Tempat Pendaftaran:

- Kantor UPT Pendidikan Kalisat
- Kantor Kecamatan Kalisat
- Base Camp Badut Community

Biaya pendaftaran untuk perorangan adalah 15 ribu, peregu 50 ribu, sedangkan untuk sound system 50 ribu. Sound juga turut dilombakan.

Support by ETOS & Badoet Community
Sudut Kalisat © 2014