Jumat, 15 Juli 2016

Mengenang Abu Vulkanik Raung Setahun Yang Lalu

Jumat, 15 Juli 2016
HUJAN abu vulkanik dari Raung mengguyur Jember, satu tahun yang lalu. Ia hinggap dan menempel pada apa saja, tak terkecuali pada batang dan daun tembakau. Pasar bicara. Kualitas tembakau dinyatakan menurun, harga kacau, pandangan para petani tembakau menerawang jauh.

Di Kalisat, Sumberjambe, hingga Tamanan, tiba-tiba dagangan kaca mata menjadi laris. Di perempatan jalan, ada sekumpulan pemuda sedang membagikan masker. Menurut para ahli, penggunaan kaca mata dan masker sangat disarankan.

Orang-orang Kalisat, mereka tetap menjalani hari dengan tenang dan tidak panik. Namun tidak demikian dengan para petani tembakau. Setidaknya hingga bulan Oktober 2015, harga tembakau di Kalisat dijual obral.

Pak Anis, seorang petani tembakau asal Sumberjeruk, ia menjual tembakau kasturi miliknya kepada tengkulak dengan harga bantingan. Padahal tembakau miliknya berkualitas lokal super, hasil petikan terakhir dan hanya diambil pucuk-pucuknya saja. Menurut orang Kalisat, panenan hasil unduhan seperti itu namanya pocotan atau koncok'an. Ia juga sudah dalam keadaan sunduk/sujen.

Oleh tengkulak, hasil panenan Pak Anis dihargai lima ribu rupiah saja per-kilo. Harga yang merana tapi terpaksa harus diterima.

Ketika itu, PTP Ajung-Kalisat juga telah melakukan terobosan. Ia membuka kerja musiman untuk Ibu-ibu setempat. Kerja siang pulang jam setengah sebelas malam. Mereka bertugas untuk membersihkan abu yang melekat di daun tembakau.

Pada 25 September 2015, terdengar kabar jika Bupati Jember MZA Djalal dan Wakil Bupati Jember Kusen Andalas secara resmi telah mengakhiri masa tugasnya sebagai Bupati dan Wakil Bupati. Selanjutnya, roda pemerintahan Jember ada di bawah Pj Bupati Supaat.

Lalu musim kampanye. Angin segar menerpa wajah-wajah petani tembakau di Kalisat, dan di mana saja di kabupaten Jember, terkait 22 Janji Kerja Fakta. Di sana, di janji nomor sebelas, ada tertulis seperti ini:

'Menata dan merevitalisasi industri tembakau dengan meningkatkan produktivitas sektor ini untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan buruh tembakau.'

Janji yang manis. Ia tentu dijaga oleh hati para petani tembakau.

Setahun telah berlalu. Minggu ini keluarga Pak Anis sedang sibuk urus putrinya yang baru masuk sekolah di sebuah SMP Negeri di Kalisat. Wajahnya terlihat riang, sebab satu-satunya biaya paling berat yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya membeli seragam sekolah.

Kali ini, Pak Anis menaruh harapan besar pada benih-benih tembakau kasturi yang baru ia tanam pada penghujung ramadhan lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudut Kalisat © 2014