Senin, 11 Januari 2016

Melacak Jejak Jack Lesmana, Tersesat di Blog Milik Marcoo Lammers

Senin, 11 Januari 2016
Oleh RZ Hakim

Rasa penasaran saya pada sosok legendaris Jack Lesmana membawa saya pada sebuah blog milik Marcoo. Ia bukan blog baru bagi saya, sebab di waktu yang lalu saya pernah berlama-lama di blog-nya. Mungkin empat atau lima tahun lalu, saya lupa.

Seperti yang kita tahu, mulanya nama Jack Lesmana adalah Jack Lemmers. Dampak revolusi menciptakan proses Indonesianisasi. Atas saran Presiden Soekarno, Lemmers berganti menjadi Lesmana. Nasibnya serupa Batavia yang berubah menjadi Jakarta, atau seperti penyanyi tempo dulu kesukaan Ibu saya, Marjolien 'Lientje' Tambajong yang berganti menjadi Rima Melati.

Pengetahuan saya tentang Jack Lesmana sangat terbatas. Di banyak catatan, disebutkan bahwa Jack dilahirkan di Jember pada 18 Oktober 1930, dengan nama Jack Lemmers. Jack menggunakan nama Lemmers, mengikuti nama ayahnya. Ayah Jack sebenarnya berdarah Madura. Ia diadopsi oleh seorang Belanda. Barangkali dari sana muncul nama 'Lammers' serta jawaban mengapa Ayah Jack pandai memainkan biola.

Jack Lesmana:

Berikut adalah status saya di Facebook pada 10 Januari 2016

JACK LESMANA. Pengetahuan saya tentang Jack Lesmana sangat terbatas. Di banyak catatan, disebutkan bahwa Jack dilahirkan di Jember pada 18 Oktober 1930, dengan nama Jack Lemmers. Jack menggunakan nama Lemmers, mengikuti nama ayahnya. Ayah Jack sebenarnya berdarah Madura. Ia diadopsi oleh seorang Belanda. Barangkali dari sana muncul nama 'Lemmers' serta jawaban mengapa Ayah Jack pandai memainkan biola.

Jack dilahirkan dari rahim seorang perempuan blasteran Jawa Belanda. Ibunya juga memiliki pengalaman sebagai seorang penyanyi --dan penari-- dalam Stamboel Miss Riboet. Ia adalah sebuah 'Toneel Melajoe' yang eksistensinya dikukuhkan pada 1925.

Dalam catatan Matthew Isaac Cohen dijelaskan jika Opera Miss Riboet membawa napas baru dalam tontonan panggung di Hindia Belanda pada periode 1920an hingga 1930an, sebab dalam proses 'drama melayu' mereka menitikberatkan pada jalan cerita dengan selingan musik di antara adegan.
Tumbuh bersama orangtua yang menyukai bidang seni, tak heran jika di usia 10 tahun Jack 'Lammers' Lesmana telah bisa memetik gitar.

Dua tahun kemudian, Jack direkrut menjadi gitaris kecil di kelompok musik jazz bernama Dixieland --Jember. Proses bermusik Jack semakin matang ketika tiga tahun kemudian ia berada di Surabaya.

Nama belakang Jack berganti dari Lammers menjadi Lesmana, ketika di negeri ini terjadi dinamika Indonesianisasi. Saat itu semua serba di'Indonesia'kan. Nama Lesmana disematkan oleh Presiden Sukarno, sebab hubungan mereka kala itu terbilang dekat. Ketika itu Bung Karno ingin mengangkat Irama Lenso sebagai irama yang mewakili budaya Timur.

Saya tertarik mengetahui siapa sebenarnya Ibu dari Jack Lesmana, serta bagaimana kiprahnya ketika berproses di Opera Miss Riboet.

Seperti dalam catatan saya yang lain, setahun setelah Miss Riboet berdiri, ada Opera lain yang berdiri di Jawa Timur yang kelak mencuri perhatian dunia. Ia bernama Opera Dardanella. Menurut penelusuran komunitas Sudut Kalisat, sebelum resmi berdiri di Sidoarjo pada 1926, Opera Dardanella telah terlebih dahulu diketahui proses berkeseniannya di Kalisat, sebuah wilayah di Jember Utara, sebelum tahun 1926.

Kita tahu, Dardanella menjadi babak penting munculnya teater moderen Indonesia, sebab dalam setiap penampilannya ia menggunakan bahasa Melayu.
Jika Dardanella pernah tampil di Kalisat, mungkinkah Opera Miss Riboet juga pernah melakukan pertunjukan di Jember-Banyuwangi?

Barangkali ada di antara Anda yang mengerti lebih banyak tentang kiprah orangtua Jack Lesmana, saya akan sangat senang sekali jika Anda bersedia menambahkan informasi. Terima kasih.



Lalu pertanyaan yang muncul, siapakah keluarga Lemmers? Dari pertanyaan sederhana ini, saya tersesat (lagi) di blog milik Marcoo.

Di catatannya tertanggal 26 November 2009, tampak sekali jika Marcoo ingin datang ke Jember. Ia sedang mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang Jember. Marcoo membuka google map, serta melahap segala situs tentang Jember. Mengapa? Dia bilang, "Mama werd op 10 Februari 1941 geboren in Djember, Oost-Java."

Benar. Mamanya lahir di Jember, satu tahun sebelum Jepang datang. "En mama, ik hoop dat ik de Hospitaalstraat kan vinden." Marcoo sungguh berharap, saat nanti benar-benar bisa menginjakkan kaki di atas tanah tumpah darah Mamanya, ia ingin segera menemukan alamat yang dimaksud, JL. Rumah Sakit di Jember.

Kakek Marcoo Bernama Roelof Lammers

Roelof Lammers namanya (bukan LEMMERS). Ia menikahi perempuan bernama Anneke. Mereka biasa memanggil putrinya, Mamanya Marcoo, dengan panggilan Ottie. Roelof Lammers dan Anneke datang ke Indiƫ pada akhir 1930an. Ia datang ke Indonesiƫ dan bekerja sebagai 'Wagenings Landbouw Ingenieur te werken in de rubber- en tabaksveredeling.' Pengolahan karet dan tembakau.

"Ketika saya tiba di Jember, saya akan merokok cerutu untuk Kakek," tulis Marcoo dalam bahasa Belanda.

Sebenarnya tak hanya Jember yang menjadi tujuan Marcoo. Ia juga berhasrat ke beberapa kota, di antaranya Bogor. Ketika balita, sang Ayah pernah bermain-main hingga terjebak oleh Jepang dan itu bertempat di Bogor.

Pada akhirnya, di penghujung tahun 2009 Marcoo benar-benar tiba di negeri penuh kenangan, Indonesia. Ia berhasil menemukan rumah tua di Bogor, rumah masa kecil Ayahnya. Marcoo juga berhasil menginjakkan kakinya di Jember, tempat dimana dulu Kakek Neneknya bekerja di bidang pengolahan karet dan tembakau. Marcoo juga menuju ke Malang, tepatnya di danau Rawa pening, dekat Banjoebiroe 10, tempat dimana Kakek Neneknya juga pernah tinggal di sana. Marcoo bilang, travelling sendirian adalah pilihan yang sempurna. Jakarta, Bali, Jogja, Ambarawa, Merapi, Bromo, adalah tempat-tempat lain yang juga ia kunjungi. Beberapa foto-fotonya ia tampilkan di sini.

Menurut Marcoo, ketika tiba di Jember ia segera mencari dimana 'Hospitaalweg in Djember.'

"Om half vijf de stad ingegaan met een taxi. Op weg naar het ziekenhuis. Mijn eerste ijkpunt, want mijn grootouders woonden op de Hospitaalweg. Eerst verkeerd, het nieuwe ziekenhuis. Tweede keer raak, de oude kliniek. Ik zag het meteen, keek toevallig de goede kant op. Het oude huis, Draaierspark 10. Nu nummer 11 en Jalan Sudirman. Alles is anders."

Kiranya yang dimaksud 'Jalan Rumah Sakit' oleh Marcoo adalah Jember Klinik. Kini alamat rumah yang ia cari berubah menjadi, JL. Sudirman Nomor 11 Jember.


Anneke, Nenek Marcoo, ketika duduk di mobil dengan Nopol P. Saat itu Anneke masih berusia 26 tahun. Lokasi di dekat Jember.

Melihat rentang waktu antara kedatangan Kakek Nenek Marcoo di akhir tahun 1930an, saya tidak yakin jika merekalah yang mengadopsi Ayah dari Jack Lesmana. Apalagi terdapat perbedaan ejaan antara Lemmers dan Lammers. Namun tentu saya tidak menyesal tersesat di catatan Marcoo. Setidaknya saya bisa belajar satu hal dari Marcoo, yaitu cara ia memperlakukan masa lalu. Hal kedua adalah tentang foto di atas. Indah sekali. Saya menebak, jika tidak di ketinggian Rembangan --Jember, lokasi foto di atas ada di salah satu puncak GUMUK di Jember. Mungkin di Kalisat.

Marcoo, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sudut Kalisat © 2014